21 Mei 2025, Rab

Mengapa ‘1984’ Karya George Orwell Tetap Relevan Hingga Saat Ini

1984' George Orwell book

George Orwell, dengan karya monumentalnya 1984, berhasil menciptakan sebuah dunia distopia yang masih menggugah pikiran pembaca di seluruh dunia, lebih dari 70 tahun setelah diterbitkannya. Novel ini tidak hanya mengisahkan tentang sebuah masa depan yang suram, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan tentang kebebasan, pengawasan, dan manipulasi yang tetap relevan hingga saat ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa 1984 karya George Orwell tetap relevan, meskipun sudah lebih dari tujuh dekade sejak pertama kali diterbitkan.

Kekuatan Pengawasan dalam Dunia Modern

Salah satu tema utama dalam 1984 adalah konsep pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap setiap aspek kehidupan individu. Dalam novel tersebut, “Big Brother” adalah simbol dari pengawasan total, dengan slogan terkenal “Big Brother is watching you”. Dalam dunia yang penuh dengan teknologi seperti sekarang ini, ide ini semakin terasa relevan.

Di era digital saat ini, data pribadi kita sering kali menjadi komoditas yang sangat berharga. Setiap klik yang kita lakukan di internet, setiap pesan yang kita kirimkan, dan bahkan setiap pencarian yang kita lakukan dapat dipantau oleh pihak-pihak tertentu. Perusahaan besar seperti Google, Facebook, dan Amazon mengumpulkan informasi tentang kita untuk menyesuaikan iklan yang muncul di layar kita. Meskipun ini tidak seseram pengawasan total yang digambarkan dalam 1984, namun kenyataannya kita hidup dalam dunia yang penuh dengan bentuk-bentuk pengawasan yang sulit dihindari.

Pengawasan negara juga semakin intensif di berbagai negara, dengan penggunaan teknologi untuk memantau gerakan rakyat, baik melalui kamera pengawas, perangkat pelacakan digital, maupun data yang dikumpulkan oleh lembaga intelijen. Orwell dengan sangat cermat menggambarkan dunia di mana kebebasan individu hampir punah, dan dengan kemajuan teknologi saat ini, kita semakin merasakan ketegangan antara kebebasan pribadi dan kebutuhan untuk menjaga keamanan nasional.

Manipulasi Informasi dan Penciptaan Realitas Baru

Selain pengawasan, Orwell juga menyoroti bagaimana manipulasi informasi dapat digunakan untuk mempertahankan kekuasaan. Dalam 1984, masyarakat hidup di bawah kendali Partai yang secara teratur mengubah sejarah dan fakta untuk mencocokkan narasi yang mereka inginkan. Hal ini dikenal dengan istilah “doublethink”, kemampuan untuk menerima dua kenyataan yang saling bertentangan secara bersamaan.

Di dunia modern, kita juga dapat melihat fenomena serupa melalui berita palsu, disinformasi, dan teori konspirasi yang tersebar luas melalui internet. Media sosial, misalnya, dapat dengan mudah dimanipulasi untuk menyebarkan informasi yang salah atau mengubah persepsi publik tentang suatu peristiwa. Berita yang disaring dan dibingkai sedemikian rupa sering kali mempengaruhi opini masyarakat, menciptakan “realitas” yang berbeda dari kenyataan.

Pada tingkat yang lebih besar, beberapa negara telah mulai menggunakan teknik manipulasi informasi untuk mempengaruhi hasil pemilu dan opini publik. Ini mengingatkan kita pada bagaimana dalam 1984, Partai yang berkuasa mengendalikan narasi yang diterima masyarakat, mengubah catatan sejarah sesuai dengan kebutuhan mereka, dan menanamkan ideologi mereka dalam pikiran rakyat.

Penyalahgunaan Kekuasaan dan Totalitarianisme

Orwell menggambarkan sebuah pemerintahan totaliter yang memegang kendali absolut atas rakyatnya, memanipulasi setiap aspek kehidupan mereka, mulai dari cara berpikir hingga cara berbicara. Dalam 1984, Partai yang berkuasa menggunakan kekuatan mereka untuk menekan kebebasan individu, membatasi ekspresi, dan bahkan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dipikirkan oleh warga negara.

Di beberapa negara saat ini, kita melihat tanda-tanda penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintahan yang mencoba membatasi kebebasan berbicara, menghukum pengkritik politik, atau memanipulasi hukum untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Pemerintahan yang korup dapat menanggapi ketidakpuasan rakyat dengan kebijakan represif, seperti pemblokiran akses internet, pengawasan ketat terhadap media, dan penindasan terhadap kebebasan berekspresi.

Meskipun kita tidak hidup dalam sistem totaliter yang ekstrem seperti di dalam 1984, novel ini tetap mengingatkan kita tentang bahaya kekuasaan yang terpusat dan kontrol yang tidak terkendali. Ini adalah peringatan tentang pentingnya menjaga pemerintahan yang transparan dan akuntabel, serta mempertahankan kebebasan pribadi agar tidak terjebak dalam cengkeraman rezim yang menindas.

Kehilangan Identitas Pribadi dan Dehumanisasi

Dalam dunia 1984, identitas pribadi hampir hilang. Rakyat dipaksa untuk mengabaikan individualitas mereka demi kepentingan kolektif negara. Mereka hidup dalam ketakutan konstan akan pengawasan dan hukuman dari “Big Brother”, yang mengarah pada dehumanisasi, di mana rakyat menjadi seperti mesin yang tidak memiliki hak untuk berpikir secara bebas.

Di dunia nyata, meskipun kita tidak hidup di bawah pengawasan yang ketat seperti dalam novel Orwell, ada kekhawatiran tentang bagaimana masyarakat modern dapat kehilangan identitas mereka dalam dunia yang semakin terhubung ini. Globalisasi, konsumsi media tanpa henti, dan tekanan sosial untuk conform terhadap standar tertentu dapat menyebabkan individu merasa terasing atau terjebak dalam peran yang tidak mereka pilih.

Teknologi, sementara itu, dapat memperburuk masalah ini dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan kita untuk lebih terhubung, tetapi pada saat yang sama, lebih terisolasi secara emosional. Masyarakat digital sering kali menilai orang berdasarkan citra yang mereka tampilkan di media sosial, bukan siapa mereka sebenarnya. Hal ini memperburuk kehilangan identitas dan perasaan dehumanisasi yang dapat dirasakan oleh banyak orang, terutama generasi muda.

Kesimpulan: Relevansi ‘1984’ di Masa Kini

Meskipun 1984 pertama kali diterbitkan pada tahun 1949, temanya tetap sangat relevan dengan kondisi sosial-politik yang kita hadapi saat ini. Orwell mengingatkan kita tentang bahaya pengawasan yang berlebihan, manipulasi informasi, penyalahgunaan kekuasaan, dan dehumanisasi yang dapat muncul dalam masyarakat modern. Dalam era digital ini, di mana informasi mudah disebarkan dan diperoleh, serta pengawasan hampir menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, kita perlu waspada terhadap ancaman yang dapat menghancurkan kebebasan dan hak asasi manusia.

Novel ini tidak hanya sebuah cerita fiksi distopia, tetapi juga sebuah peringatan untuk menjaga kebebasan kita, menjaga privasi kita, dan mempertahankan integritas kita sebagai individu. 1984 tetap menjadi bacaan yang penting, tidak hanya untuk memahami masa lalu, tetapi juga untuk memastikan bahwa kita tidak melangkah terlalu jauh ke dalam dunia yang Orwell gambarkan—dunia yang kehilangan kebebasan, kejujuran, dan martabat manusia.

Baca juga : Menyelami Dunia Fantasi: Buku-Buku Fiksi Terbaik yang Wajib Dibaca